Beberapa puisi-puisi ini awalnya saya tulis di blog terdahulu : http://www.relly.yu.tl
INSAN RAPUH
Saat ruang teduhku dirembesi hujan
Perlahan, tertelan dalam rasa mendahaga
Membersit kisah nun jauh tertinggal jaman
Tapi lekat dalam kelamnya raga
Perlahan, tertelan dalam rasa mendahaga
Membersit kisah nun jauh tertinggal jaman
Tapi lekat dalam kelamnya raga
Lirih, ada kayuh suasana yang membuat indera lena...
Lena dengan kedigdayaannya
Apalah arti insan rapuh
Tak mungkin berlabuh, tak sanggup mengeluh
Lena dengan kedigdayaannya
Apalah arti insan rapuh
Tak mungkin berlabuh, tak sanggup mengeluh
Huru-hara yang tertinggal
Tragedi penempias cekal-cekal
Insan rapuh yang hanya bisa terpental
Tanpa bekal
Tanpa bisa meramal
Tragedi penempias cekal-cekal
Insan rapuh yang hanya bisa terpental
Tanpa bekal
Tanpa bisa meramal
Hanya satu pertemuan yang harap membebaskannya
Ia bernama ajal...
Ia bernama ajal...
TAKDIR DAN COBAAN
Seumpama lengkitang di sawah
Geraknya membuat kita jengah
Hanya pribadi sabar yang memandang betah
Yang krisis asa akan lelah, pasrah, dan menengadah
Laksana debur ombak pengikis karang
Hempasannya buas meradang
Dalam tempias, mata melayang
Mengabur selayang pandang
Begitu alur hidup memperlakukan
Menuntut jeli takdir dan cobaan
Memeras raga dan kekuatan
Menyisa perih dan ketabahan
Sungguh, jiwa pengupaya nan sabar yang dapat menikmati seindah-indahnya ciptaan...
KEMARAU DI KOTA INI
Panas menderu
Ingin berseru
Ingin bersuara bak buluh perindu
tapi ketika orang melihatku tersipu
Untuk sekedar menyapa, lidahku kelu
Ingin berseru
Ingin bersuara bak buluh perindu
tapi ketika orang melihatku tersipu
Untuk sekedar menyapa, lidahku kelu
dalam keanehan yang melanda
dalam kungkungan raga tak berjiwa
dalam nuansa tanpa canda
dalam kungkungan raga tak berjiwa
dalam nuansa tanpa canda
hidung ini kian sukar menghela
dan hati sakit tak terperi
mengapa aku tak peka
dengan kemarau di kota ini...
dan hati sakit tak terperi
mengapa aku tak peka
dengan kemarau di kota ini...
GEJOLAK ELEMEN
Jika tanah tak pernah buatku berubah
urung memberi arah
memberi saat-saat lengah
saat-saat jengah
lalu, apa alasanku untuk tidak menyerah?
Jika udara tak membiarkanku bernafas
mengisolasi dari kumpulan ras
tak pernah merasa menjadi tempias emas
aku lemas...
Karena tiada apa yang menjadi alasanku mengeras
jika api tak pernah memberi hangat
kala ku tersesat
walau sesaat
tak lagi ku temui tempat bertambat
semua bagai sekat
lalu, bagaimana mungkin aku tidak tersengat...
Jika air hanya memberi efek dahaga
mataku akan terjaga
terjaga dalam waktu yang lama
dan tahukah, aku benci semua
aku ingin mati karenanya...
TEMARAM SUBUH
Temaram subuh nan sepi
Tahukah dimana letak ruang kosong
Tanpa lorong
Tanpa cerobong
Tanpa suara melolong
Apalagi sekelumit wajah, walau sepotong
Tahukah dimana letak ruang kosong
Tanpa lorong
Tanpa cerobong
Tanpa suara melolong
Apalagi sekelumit wajah, walau sepotong
Wahai temaram subuh nan terindah
Bolehkah aku merasuk pada jiwa-jiwa sunyi
Melalui ruang telepati
Biarkan dalam semayamku berteman sepi
Bolehkah aku merasuk pada jiwa-jiwa sunyi
Melalui ruang telepati
Biarkan dalam semayamku berteman sepi
Duhai temaram subuh nan sejuk di ulu ati
Aku terpejam, berkelana dalam rajutan
Memapah kilan demi kilan
Dan tenangkanku menyongsong kematian...
Aku terpejam, berkelana dalam rajutan
Memapah kilan demi kilan
Dan tenangkanku menyongsong kematian...
DILEMA HILANG
Langit mengernyit...
Ketika rakit harapan mengurung sakit
merekah luluh lalu menyempit
sedikit, bukan jaminan tidak dipersulit
dilema bangkit...
Sungguh rasa ini nian tak tertahan
apa aku tidak sepadan dengan harapan?
Apa aku tak bisa menjadi kesan kehidupan?
Dilema peran...
Oh, ini konyol
seolah semua menjadikan tolol
saat raga tak lagi memahami simbol
simbol kehidupan...
Simbol sarat pemaknaan kebahagiaan...
Relly A. Vinata
(Peresap gelap, penjelajah sepi, penggembala imajinasi)
(Peresap gelap, penjelajah sepi, penggembala imajinasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar